Jumat, 08 April 2011

Kontes Kopi Spesial Indonesia Ramaikan TEI 2008

Indonesia sudah sejak lama dikenal kalangan pecinta dan konsumen kopi mancanegara sebagai produsen biji kopi yang memiliki cita rasa yang sangat khas dan unik. Bahkan, wilayah Indonesai yang terdiri dari
ribuan pulau telah memberikan keberkahan dan anugerah tersendiri bagi masyarakat yang mendiami pulau-pulau tersebut dengan kekayaan akan sumber biji kopi yang memiliki cita rasa yang sangat khas dan unik. Hampir setiap wilayah penanaman kopi di berbagai daerah di tanah air memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri yang kini menjadi unsur daya saing tersendiri di pasar global.

Untuk melestarikan dan sekaligus untuk makin memperkenalkan keunikan dan kekhasan berbagai cita rasa biji kopi spesial yang ada di tanah air, kalangan  pelaku usaha perkopian yang tergabung dalam Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) untuk pertama kalinya mengadakan kontes produk kopi spesial Indonesia pada bulan Oktober 2008 lalu.
Kontes Kopi Spesial Indonesia atau The 1st Indonesian Specialty Coffee Contest 2008 itu diselenggarakan
bersamaan dengan penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) 2008. Kontes kopi spesial ini merupakan
upaya pemantapan dan pengembangan produksi spesial Indonesia, yaitu antara lain Java Coffee, Lintong Coffee, Mandheling Coffee, Gayo Caffee, Toraja Coffee, Kintamani Bali Coffee, Floress Bajawa Coffee. Demikian diungkapkan Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Rachim Kartabrata kepada Media Perdagangan belum lama ini.
Kontes kopi spesial Indonesia 2008 diselenggarakan atas kerjasama AEKI, PT. Santos Jaya Abadi (Kapal Api), PT.Excelso Mutiara, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkao) serta BPD AEKI Jaya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menginventarisasi karakteristik mutu fisik dan citarasa kopi dari seluruh Indonesia, memilih hasil panen kopi Indonesia 2008 yang memiliki mutu fisik dan citarasa terbaik serta mendukung pemantapan dan pengembangan produksi kopi spesial di Indonesia, baik untuk pasar ekspor maupun untuk pasar domestik.
“Kami sangat mengharapkan agar kontes kopi spesial yang baru pertama kali diselenggarakan tahun ini itu
bisa diselenggarakan secara regular setiap tahun. Sebab, event seperti ini sangatlah penting demi perkembangan ekspor kopi Indonesia ke depan. Apalagi di tengah kondisi persaingan di pasar kopi global yang makin ketat dewasa ini, penyelenggaraan kontes kopi spesial Indonesia ini menjadi semakin penting artinya bagi masa depan perkopian di tanah air,” tutur Rachim.
Untuk tahun 2009, tutur Rachim, pengurus AEKI belum memutuskan apakah akan menyelenggarakan kontes
kopi spesial Indonesia itu bersamaan dengan penyelenggaraan hari ulang tahun AEKi yang jatuh pada
bgulan Juli 2009 atau diselenggarakan bersamaan dengan penyelenggaraan TEI ke-24 Tahun 2009 yang akan berlangsung pada 28 Oktober sampai 1 November 2009.
Para juri untuk kontes kopi ini terdiri atas para ahli kopi yang berasal dari berbagai negara yaitu Jerman,
Jepang, Brasil, dan Indonesia. Mereka yang terpilih menjadi juri, selain  memang ahli dan memiliki pengalaman
menguji aroma kopi spesial, jugaagar terjadi objektivitas uji. Dengan demikian pada akhirnya tujuan diadakannya kontes ini akan lebih bonafid.
Ditambahkan Rachim, saat pertama kali ide ini dilontarkan, ada juga keraguan apakah akan ada peminatnya
atau animo akan muncul atau tidak. Ternyata di luar dugaan, saat undangan dikirimkan kepada DPD AEKI, maka Puslitkao memperoleh kiriman 106 sample Kopi Arabika, dan 86 sample Kopi Robusta. Dari
Puslitkao Jember, setelah melalui tahap inventarisasi dan evaluasi mutu fisik serta seleksi citarasa dari sample
yang masuk, dipilih yang terbaik dari 30 sample jenis Kopi Arabika dan 30 jenis Kopi Robusta. Tahap berikutnya sample tersebut dibawa ke ajang TEI di Jakarta, dan diuji pada pembukaan TEI 2008 21 Oktober 2008 di hall A1. Di sini sample yang masuk tersebut, kembali diseleksi oleh para cupper
yang disebut di atas dari berbagai negara.
Akhirnya seleksi terakhir yang diadakan di Hotel Grand Hyatt Jakarta, dan dihadiri Menperin Fahmi Idris, tanggal 22 Oktober terpilih para pemenang dari finalis kopi terbaik dan hasilnya sebagai berikut :
A. Kelompok tiga besar Kopi Arabika:
1. Kelompok Tani Putra Korok dari daerah Pepandungan, Baraka, Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel)
2. Kelompok Tani Mammesa Patekkong, dari daerah Buntu Sarong, Masalle, Enrekang, Sulsel
3. SI/TA (Kebun Percontohan) dari daerah NAD
B. Kelompok tiga besar Kopi Robusta :
1. Subak Abian Amerta Karya, dari daerah Pajahan, Pupuan, Tabanan (Bali)
2. Kelompok Tani Sumber Rejeki dari daerah Kepatihan Tirto Yudho, Dampit, Jatim
3. Subak Abian Batur Munca dari daerah Sanda, Pupuan, Tabanan, Bali.
Rachim menambahkan, ada dua hal yang diharapkan dapat menjadi input penyelenggaraan tahun depan,
melihat kenyataan yang dihadapi pada tahun ini. Pertama, karena yang dikirim hanya sample, ternyata saat
diumumkan sebagai pemenang, tidak ada perwakilan dari pemilik kopi spesial tersebut.
Itulah sebabnya, pada bulan Januari 2009 penghargaan akan diberikan lagi kepada wakil dari pemenang kopi
pengirim sample. Saat penyerahan penghargaan bulan Oktober 2008, hanya dilakukan secara simbolis.
Kedua, panitia akan memperbaikilagi kriteria penilaian, mengingat tahun ini baru pertama kali diadakan.
Sejak tahapan pertama dimulainya seleksi, maka para cupper tersebut sudah tahu, bagaimana kopi tersebut
dipanen, bagaimana dengan unsur harra, sampai bau tanah, kadar jamur, dan prosesnya apakah sudah sampai
terfermentasi.
Secara umum di pasar dunia, pangsa Kopi Arabika hanya mencapai 7 persen (termasuk Indonesia), sementara 93 persen adalah jenis Arabika komersial. Kopi Arabika Indonesia termasuk jenis Spesial. Sementara itu selama lima tahun terakhir posisi Indonesia sebagai produsen kopi Robusta mulai terganggu dengan produsen sejenis dari Vietnam. Jenis spesial Kopi Arabika yang terkenal di tingkat dunia seperti The Blue Mountain dari Jamaika; Kona Coffee dari Hawai, juga dari Ethiopia, Kolombia, dan Brasil.***

Menjajaki Kopi Masalle Desa Buntu Sarong


Senin, 27 Maret 2011

Pagi yang sejuk  dan langit yang berawan hitam akan turun hujan. Waktu menunjukkan pukul 07.00 wita, saya harus bergegas berangkat menuju Kecamatan Masalle. Sebelumnya saya harus singgah mengisi bensin di pertamina sebab perjalan ini sangat jauh dengan kondisi jalan yang rusak terlebih lagi tidak ada penjual bensin dan bengkel motor di jalan setelah masuk ke dalam Desa yang akan kami tuju. 
Dengan kecepatan 80 km/jam akhirnya saya sampai di Kantor Camat Masalle. Saya harus memacu motor dengan cepat karena semalam saya janjian dengan seseorang PPL yang akan bersama-sama dengan saya menuju ke Desa Bonto Sarong, sebagai desa penghasil kopi nomor 2 di Indonesia. Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 wita. Akhirnya saya sampai di Kantor Camat Masalle. Di sini saya harus menunggu Pak Tarjo yang akan mengantarkan saya ke Desa Bonto Sarong yang akan disusul bersama denganPak Arivin  Kabid Pasca Panen (P2HP) Provinsi Sulsel dan Pak Anwar Kabid Perkebunan Enrekang.
Pukul 09.00 wita, Pak Tarjo sudah datang, saya harus menunggu agak lama karena Hujan sedang turun deras di kota enrekang sehingga Pak Tarjo terlambat sampai di Kantor Camat ini. Dengan menghabiskan sebatang rokoknya, melepas lelah sejenak perjalanan 1 stengah jam akhirnya kami lanjutkan perjalanan ke Desa Bonto Sarong. Pukul 09.20 wita kami sampai di desa tersebut. Tanpa banyak istrahat kami langsung mengkordinir masyarak atas kedatangan tim dari Provinsi dalam rangka Sosialisasi Penanganan Pasca Panen Kopi di Kabupaten Enrekang. Saya bersama 7 petani lain harus turun lagi ke Pasar Loko Masalle karena Mobil tidak dapat masuk ke desa tersebut. Kondisi jalan yang rusak dan becak tidak dapat dilalui oleh mobil sehingga tim ini harus di ojek masuk kampong itu.
Pukul 09.37 wita acara kami mulai dengan MC Pak Sutarjo, Sambutan oleh Pak Anwar Kadir, Pak Desa Buntu Sarong dan Sambutan serta pembukaan acara oleh Pak Arivin Kabid Pasca Panen (P2HP) Provinsi Sulsel. Kemudian lanjut Materi Pelatihan dan Tanya jawab oleh peserta Gapoktan Buntu Sarong.

Dalam sesi Tanya jawab terungkap bahwa Petani kesulitan memenuhi saprodi jikalau harga Kopi hanya lima ribu saja perliter. Apalagi harga pupuk yang mahal dan tenaga kerja juga ikut menambah biaya produksi. Di samping itu petani masih kekurangan Luwak (pulper) sehingga untuk mempertahankan mutu kopi ini.
Kesulitan lain para petani yakni pedagang nakal yang mengumpul kopi kemudian dicampur dengan kopi dari luar yang kualitasnya tidak bagus sehingga harga kopi turun di pasaran. Perjuangan para penyuluh kita di lapangan memang sangat besar dengan lokasi yang sulit di jangkau akan tetapi memang perjuangan tidak cukup hanya di situ karena perlu pengawalan mutu, penambahan sarana produksi petani, dan pengawalan sampai ke pasar.